Pacaran Menurut Alkitab
PACARAN MENURUT
ALKITAB..emang aku ngerasa banyak sekali yang bertanya tentang hal ini(khususnya
yang beragama Kristen dan Katolik), dan pertanyaan itu munculnya timbul dalam
hati, agak susah (agaknya) untuk bertanya dengan orang tua, kakak rohani, bahkan
dengan oom ato tante pendeta. Pas lagi baca ini, aku terberkati lho.. makanya
aku sharingkan dengan teman-teman siapa tau khan bisa
menjadi berkat juga buat yang udah baca (sekaligus narik pembaca blog.ku
ini..berhubung blog.ku ini masih terbilang baru, jadi terkadang (tapi kayaknya
juga agak sering) meng.copy-paste dari sumber lainnya, ya walaupun yang saat
ini di hadapanmu hasil copy-paste, sudah aku edit kok jadi sudah ada
campuran dari kata.kataku sendiri kali ini system ATM
yang aku pakai dalam menyampaikan artikel ini. ATM itu singkatan dari :: Amati-Tiru-Modifikasi
::
.selamat membaca ! :D
Apa arti pacaran?
Pacaran adalah dampak dari pergaulan sehingga munculah
hubungan (muda-mudi), dua orang yang tidak sejenis, berdasarkan rasa cinta. Jadi
berpacaran adalah suatu proses di mana seorang laki-laki dan perempuan
menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan di antara mereka berdua yang dapat
dilanjutkan ke dalam perkawinan. Jadi berpacaran itu bukanlah sekedar
bersenang-senang melampiaskan nafsu, mengisi kekosongan, tetapi di dalam
berpacaran itu ada suatu keseriusan dan kesungguhan untuk menjalin hubungan
kedua belah pihak, yang menuju kepada suatu pertunangan. Namun pada umumnya
orang salah menginterpretasikan persepsi pacaran yang sesungguhnya yaitu dengan
cara menyalahgunakan praktek berpacaran itu sendiri, sehingga menimbulkan dampak
yang negatif dan tidak jarang kedua belah pihak saling merugikan, misalnya:
- Ganti-ganti pacar (munculnya istilah playboy dan playgirl)
- Saling mendewakan (apapun dilakukan untuk pasangannya)
- Melampiaskan nafsu seksual yang
tidak wajar dan belum
saatnya di lakukan pada tahap itu (kissing sampai akhirnya petting)
Sayangnya banyak orang terburu-buru dalam proses ini,
sehingga masih terlalu muda, sudah ada remaja yang jatuh cinta dan bahkan
merasa yakin bahwa orang yang diidamkan itu pasti merupakan pasangan hidupnya, ada
juga pada masa pacaran orang sudah memanggil papi dan mami. Padahal belum tentu
mereka akan menjadi suami istri. Apa yang terjadi apabila ternyata hubungan
tersebut putus! Yang terjadi adalah kepahitan dan kekecewaan yang sangat
mendalam karena seolah-olah seluruh harapan sudah ditumpahkan kepada sang
pacar. Pacaran berbeda dengan persahabatan, pertunangan, dan pernikahan
karena pacaran adalah hubungan dua orang yang tidak sejenis berdasarkan cinta.
Persahabatan berlangsung antara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan
yang lebih baik. Pertunangan adalah suatu masa yang lebih mendalam dari pada
masa berpacaran. Dalam masa ini, suatu pasangan sudah tiba pada tahap
perencanaan yang lebih matang untuk memasuki kehidupan keluarga. Pernikahan
adalah bersatunya dua lawan jenis menjadi satu daging dan menjadi satu lembaga
yaitu Keluarga.
Bagaimana Pacaran Menurut Alkitab?
Pacaran itu adalah konsep masyarakat modern artinya baru
beberapa puluh tahun inilah kita mengenal konsep tersebut. Di masa lampau hal
ini tidak di kenal karena perkawinan biasanya diatur oleh pihak keluarga atau
orang tua kedua belah pihak. Secara
tertulis Alkitab tidak pernah menyinggung soal kata pacaran ini, tetapi ada
kisah-kisah dalam Alkitab yang menceritakan kisah hidup seorang pemuda yang
begitu sangat mencintai seorang wanita, namanya Yakub (Kej. 29:18). Kisah
ini memang tidak dicatat secara terperinci bagaimana sikap kedua insan ini,
tetapi yang jelas Yakub mendapatkan Rahel, setelah ia bekerja dengan penuh
kesungguhan selama tujuh tahun tujuh hari, tetapi ia harus menambah selama
tujuh tahun lagi. Ini membutuhkan suatu ketabahan/kesabaran yang luar biasa.
Dalam perjanjian baru mengenai pacaran ini hanya tersirat yaitu bagaimana sikap
seorang Kristen misalnya (Roma 12:20) di mana sistem pacaran dunia tidak dapat
dipakai oleh seorang Kristen ketika ia ada pada masa-masa pacaran. Dipihak
lain Paulus menasihatkan anak didiknya Timotius yang masih muda itu supaya bisa
jadi teladan dari hal percaya, perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan
kesucian agar orang tidak melihat atau menganggap rendah Timotius masih muda
itu.
Mari kita melihat bagaimana cara anak Tuhan berpacaran
menurut konsep Alkitabiah:
©
Pacaran itu harus didasari Kasih Allah
Apa tujuan kita pacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan
dalam hidup kita, keinginan dalam hidup kita, keinginan mata atau hal-hal yang
menyangkut kepada kepuasan diri sendiri, dimana yang menjadi pusat perhatian
hanya pada diri sendiri. Sehingga pada masa pacaran timbul istilah bahwa dunia
ini hanya milik mereka berdua, etc..etc.. (bisa kasih contoh lain? Share di
comment boleh kok). Orang
dunia mengatakan bahwa asmara itu adalah cinta dan itu sangat dibutuhkan bagi
orang yang berada pada masa pacaran. Menurut kamus, asmara itu mempunyai dua
pengertian yaitu:
- Cinta Kasih.
- Cinta birahi, dimana seorang anak muda digoda dan tergila-gila pada pasangannya.
Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu
naksir/keinginan yang semua ini berpusat pada diri sendiri. Cinta kasih atau
Kasih itu menurut Alkitab bisa kita baca dalam 1 Korintus 13 : 4-7. Cinta
yang benar tidak dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan motivasi
tertentu, cinta yang benar tidak mementingkan diri sendiri, melainkan
mengutamakan orang lain. Jadi asmara itu tidak sama dengan cinta sebab
dampak dari asmara itu adalah kebalikan dari makna cinta yang sebenarnya. Yes 13
: 16, 18, ini merupakan ucapan Tuhan kepada Babil, di mana anak-anak muda tidak
perduli lagi terhadap Kudusnya pernikahan itu. Sehingga dampaknya kebebasan
seks, adanya pengguguran kandungan dsb.
Asmara itu hanya berpusat pada diri sendiri dan biasanya diiringi
dengan nafsu (seks) dan itulah adalah dosa. Mat 5 : 28, menginginkannya saja
sudah berzina. Simpati itu bisa saja tetapi naksir itu tidak boleh. Jadi
pacaran yang benar harus berorentasi pada kasih akan Allah, dimana kepentingan
Allah yang harus diutamakan atau diprioritaskan dalam hubungan pacaran itu.
Kita harus menunjukkan gaya hidup yang disetujui oleh Allah, bukan berpusat
pada diri sendiri. Kasih akan Allah ini membuat kita mengikuti aturan main
yang Allah berikan, diantaranya: 2 Korintus 6 : 14 (baca sendiri yaa di Alkitab)
Meskipun pada tingkat tubuh dan jiwa pasangan yang tidak
seimbang itu dapat bersatu, namun dalam tingkat roh terjadi kekosongan.
Pasangan itu tidak dapat berdoa bersama-sama dan tidak dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang menggoncangkan hubungan mereka dengan Tuhan. Akibat dari
hal ini kepentingan pribadi akan didahulukan dari kepentingan Allah.
Jika berpacaran yang benar harus didasari kasih akan Allah,
maka dalam hal berpacaran kita harus berani bertanya kepada Tuhan, mengapa demikian? Karena pacaran itu merupakan suatu
persiapan kita masuk pada pertunangan dan pernikahan. Jika pacaran itu didasari
atas diri kita sendiri, itu seringkali membawa hasil kekecewaan, misalnya
ketika kita mengambil sikap memutuskan dia; syukur bila yang kita putuskan itu
tidak kecewa, tetapi apabila ia merasa kecewa / sakit hati maka itu berarti
kita telah melakukan pembunuhan dan bisa jadi pasangan kita itu akan
meninggalkan Tuhan bahkan menjadi murtad. Ini berarti kita berdosa kepada
Tuhan.
Percayailah Allah dalam segala hal karena Ia itu Maha Tahu
yang tentunya tahu apa yang menjadi kerinduan / kebutuhan kita bahkan Ia
menjanjikan masa depan yang penuh harapan, lihatlah Yeremia 29 : 11; Amsal 23 :
18. Jadi pacaran yang benar harus di dasari dengan Kasih Allah sehingga
orientasi pergaulan itu hanya ada di dalam tubuh Kristus. Bukan berdua-berdua,
karena akibat dari berdua-duaan itu ‘nenek bilang … berbahaya’.
©
Harus mengikuti standar moral Alkitab
Apakah dalam berpacaran dibenarkan perpegangan
tangan, berciuman, bermesraan dsb? Telah dikatakan tadi dalam Roma 12
: 12 bahwa jangan kita menjadi serupa dengan dunia atau dengan kata lain
jangan berpacaran ala orang dunia. Berpacaran cara duniawi berbeda
dengan berpacaran yang Alkitab / berpacaran yang bertanggung jawab kepada
Tuhan. Perbedaannya yaitu:
Pacaran duniawi bertujuan mencari pengalaman dan
kenikmatan dalam hubungan cinta dengan pertimbangan: mungkin
besok sudah mencari pacar baru lagi. Pacaran yang bertanggung jawab
kepada Tuhan melihat hubungan pacaran sebagai kemungkinan titik tolak yang
menuju lorong rumah Nikah.
Pacaran duniawi memanfaatkan tubuh pasangannya
untuk memuaskan perasaan seksual, mula-mula pada tingkat ciuman dan
pelukan, namun kemudian gampang menjurus kepada tingkat hubungan seksual.
Pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat Tubuh pasanganya
sebagai rumah kediaman Roh Kudus (1Korintus 3 : 16) yang dikagumi dan di
hargai sebagai ciptaan Allah yang nanti di miliki dalam rumah
nikah, di mana mereka saling menerima satu dengan yang lain
dari tangan Tuhan. Pacaran duniawi, berorientasi masa kini
(sekarang).
Oleh karena itu sering mengakibatkan luka-luka yang
dalam, bila terjadi perpisahan. Pacaran yang bertanggung jawab kepada
Tuhan berorientasi pada masa depan (hari esok). Mereka membatasi segala
hubungan intim jasmani dengan kesadaran bahwa pacaran ini belum mengikat.
Masing-masing harus dapat melepaskan satu dengan yang lainnya
(bila terjadi ketidak cocokan) tanpa saling melukai.
Standar Alkitab tentang pacaran yaitu 1Tesalonika 4 : 3 yaitu
Allah berkehendak supaya kita ada dalam kekudusan. Jangan merusak Bait
Allah yang di dalamnya Roh Allah bertahta. Mat 5 : 27-28; Kid 2 : 7; 3 :
5; 8 :4. Efesus 4 :27 mengatakan janganlah beri kesempatan pada iblis
sebab dengan kita membuka celah berarti kita telah memberi kesempatan
untuk melakukan sesuatu yang tidak Allah kehendaki. Dosa seks akan membawa
kita perlahan-lahan masuk pada dunia free seks. Hubungan badani (senggama)
antara lawan jenis itu tidak akan berlangsung ketika dua pasangan itu
baru mengenal. Ciuman dan pelukan antara seorang pemuda dan pemudi
merupakan kontak fisik untuk mendapatkan seksual dan kenikmatan. Ada
empat tingkat intensitas hubungan fisik, di mulai dari yang paling lemah
sampai yang paling kuat. Keempat tingkat tersebut ialah:
- Berpegangan tangan.
- Saling memeluk, tetapi tangan masih diluar baju.
- Berciuman.
- Saling membelai dengan tangan di dalam baju.
Ransangan seksual yang terus menerus akan
menciptakan dorongan biologis yang terus memuncak. Ketika dorongan
seks menggebu-gebu, kedewasaan, kecerdasan, dan pendirian-pendirian serta
iman seringkali tidak berfungsi, atau tersingkir untuk sementara. Banyak
pasangan muda berkata bahwa ciuman itu normal, karenan ciuman itu
adalah kenikmatan pada masa pacaran dan dianggap akan lebih mengikat
tali kasih antara dua belah pihak. Itu adalah pendapat yang sangat keliru
karena Alkitab memberikan penjelasan bahwa dampak dari hubungan itu akan
membuat seorang merasa bersalah bahkan bisa merubah sayang
itu menjadi benci. Contoh 2Samuel 13 : 1-15. Cerita ini mengisahkan
anak-anak Daud yaitu Amnon dan Tamar di mana Amnon begitu mencintai Tamar,
sampai-sampai ia jatuh sakit karena keinginannya untuk memiliki Tamar.
Tetapi pada ayat 15 menceritakan setelah mereka jatuh pada dosa seks, timbullah
suatu kebencian dalam diri Amnon terhadap Tamar, ini berarti bercumbuan
bukan merupakan jaminan akan cinta sejati.
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef 4 : 17-21) supaya
anak Tuhan jangan jatuh pada hal berciuman dan lain-lain yang merangsang dalam
masa berpacaran karena itu bertentangan dengan Alkitab. Dengan
demikian orang-orang Kristen harus menghindari percumbuan dalam masa
berpacaran, sebab tindakan tersebut merupakan penyerahan diri
kepada seksualitas, membiarkan hawa nafsu berperan, yang nantinya akan
membawa kepada kecemaran dan pelanggaran kehendak Allah. Lebih jauh lagi
pengajaran-pengajaran moral Paulus kepada anak muda Kristen di mana saja.
1 Timotius 5 : 22 bagian akhir "jagalah kemurnian dirimu".
Yesaya 5 : 20 celakalah yang mengatakan kejahatan itu baik dan
kebaikan itu jahat. Wahyu 18:2-3 keindahan tubuh telah dipakai
setan untuk menghancurkan nilai-nilai iman Kristen. Akhirnya
kita akan melihat hubungan seksual muda-mudi sebelum pernikahan dalam
konteks Alkitabiah yaitu:
- Dalam perjanjian Lama Ulangan 22 : 13-30 Ungkapan ini menunjukkan betap tingginya nilai keperawanan, Amsal 7 : 13,27.
- Dalam Perjanjian Baru 1 Korintus 6 : 10 Hubungan seksual di luar pernikahan adalah percabulan. 1 Korintus 6 : 13,18,19 Jauhkan dirimu dari percabulan, tubuh kita bukan untuk percabulan.
Hubungan seksual diluar nikah bukan hanya masalah
pribadi melainkan mengikutsertakan Tuhan, I Tesalonika 4:3-5,8. Jadi
berpacaran itu mempunyai batas-batas tersendiri, karena pacaran itu tidak
sama dengan pertunangan dan perkawinan. Artinya sang pacar itu bukanlah
suami atau isteri sehingga tidak boleh diperlakukan demikian.
Oleh karena itu ada baiknya apabila orang berpacaran
pergi bersama-sama dengan teman-teman atau anggota keluarga yang lain
sehingga selalu ada rem yang mampu mengendalikan semua tingkah laku.
Jadi, Intinyaa…
Agar kita di dalam Kristus tidak berdiri
dengan menangis dan menyesal pada puing-puing ketentuan yang kita
sudah setujui bersama pada awal hubungan kita, ada baiknya kita berorientasi dalam segala pergaulan kita kepada
keempat nasihat Firman Tuhan yaitu:
- Berdoalah senantiasa, 1 Tes 5 : 17; khususnya pada waktu pacaran.
- Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu, Ef 5 : 20; apakah semua pengalaman pada waktu berpacaran menimbulkan ucapan syukur?
- Lakukanlah segala sesuatu berdasarkan iman, Roma 14 : 23 setiap langkah dalam hubungan pacaran mempunyai dimensi ke atas yaitu tanggung jawab kepada Tuhan.
- Pandanglah tubuhmu dan tubuhnya adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. Kamu bukanlah milik kamu sendiri, kamu sudah dibeli! Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu (1Korintus 6.19-20).
Penulis : Pdp. Dicky Kandou (http://janssen135.multiply.com/journal/item/36/Pacaran_Menurut_Alkitab)
Nah, udah tau khan
mengenai pacaran dalam Alkitab. Yuk sama-sama melakukan apa yang jadi maunya
Tuhan, supaya kita menjadi anak-anak Tuhan yang berkenan..
God bLess uS :D
No comments:
Post a Comment