Wednesday, July 18, 2012

Tentang Mengampuni


mengampuni?
Mengampuni ? kata yang sering banget kita dengar. Di gereja pas waktu para Pastor menyampaikan khotbahnya (bagi yang pernah ke gereja) ato kita menemukan kata MENGAMPUNI di buku Renungan (yang masih ber.SAAT TEDUH setiap harinya), pasti sudah tidak asing lagi dengan kata M-E-N-G-A-M-P-U-N-I.
Perumpamaan tentang Pengampunan yang sering kita dengar di Matius 18 : 21-35 ini sudah tidak asing lagi (bahkan sudah hafal ma kisah ini), yang belum tau  baca kisah di bawah ini :

Perumpamaan Tentang Pengampunan
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada YESUS: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" YESUS berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.  Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.  Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Nah, keterangan mengenai perumpamaan di atas, di forumkriten.com dijelaskan bahwa ada seorang yang berhutang kepada raja sebanyak 10,000 Talenta. Pada umumnya satu Talenta bernilai 60 Mina atau 6,000 Dirham.  1 Dinar adalah 2 Dirham. 1 Dinar adalah upah pekerja 1 hari (Matius 20:2,13). Katakanlah upah kerja minimum sekarang ini ± Rp. 25,000.-- per hari. Maka uang Rp 25.000,-- setara dengan 1 Dinar Romawi, 1 Dirham adalah setengah Dinar, jadi 1 Dirham yaitu Rp 12,500.--.
1 Mina bernilai 100 Dirham atau Rp 1,250,000.-- . Maka, 1 Talenta adalah mata uang dengan nilai 60 Mina atau 60 x Rp 1,250,000.-- = Rp 75,000,000.--.
Dengan demikian, hutang yang dimaksud dalam Matius 18:24 di atas menurut pengandaian ini adalah sebesar 10,000 x Rp 75,000,000.-- = Rp 750,000,000,000.-- (tujuh ratus lima puluh milyar). Sebuah jumlah yang sangat besar. dan hamba itu mendapat mengampunan hutang dari Raja sebesar nilai itu.                                                                         
Namun, dilain pihak, hamba yang telah diampuni hutangnya itu gagal memahami contoh dari Raja. Hamba itu tidak kenal belas kasihan, ia menuntut pelunasan hutang dari sesamanya yang berhutang kepadanya sebesar 100 Dinar (kira-kira Rp. 2,500,000.--), jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan 10,000 Talenta (Rp. 750 milyar). Akhirnya, sikap yang tidak berbelas kasihan ini mengucilkan ia dari belas kasihan Allah.

Seorang yang ingin menerima belas kasihan dari Allah harus menunjukkan belas kasihan terhadap orang lain. Orang yang telah mengalami pengampunan dari Allah bertanggungjawab mengampuni orang lain. Inilah patokan dalam Kerajaan Surga. Raja itu menuntut seorang yang telah dikasihani dengan menghapus hutangnya, harus juga menunjukkan sikap yang sama, khususnya karena pelanggaran yang dilakukan sesamanya itu tidak ada artinya jika dibandingkan hutang manusia kepada Allah. Pengampunan yang dimaksudkan oleh YESUS harus juga tidak ada batasnya, Inti dari perumpamaan ini jelas bahwa orang yang tidak mengampuni tidak menerima pengampunan dari Allah.

Mengapa kita tidak mau dan merasa sulit untuk mengampuni ?
di sabda.org disebutkan ada 3 alasan utama mengapa kita sulit mengampuni orang lain :
 1. Tidak sadar seberapa besar telah diampuni.
Kita tidak memiliki kesadaran yang cukup dalam mengenai seberapa besar diri kita telah diampuni. Dosa orang lain terhadap kita bukanlah apa-apa bila dibandingkan dosa kita terhadap Allah -- tetapi Dia telah mengampuni kita.
2. Tidak menyimpan rasa benci.
Menyimpan rasa benci atau kemarahan terhadap orang lain yang telah menyakiti kita memberi kita kuasa dan kendali atas perasaan tersebut, dan saat kita menyerah, kita merasa sedikit tidak berdaya. Tetapi di dalam ketidakberdayaan kita, ingat kata-kata ini: "Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." (Roma 12:19).
3. Tidak lagi bergantung kepada Tuhan.
Mengapa kita sulit mengampuni adalah apa yang kita sebut "ketergantungan yang salah ditempatkan". Ini terjadi saat kita secara keliru meyakini bahwa interaksi positif seseorang dengan kita adalah penting agar kita merasa baik tentang diri sendiri, jadi kita melepaskan ketergantungan kita pada Tuhan dan bergantung pada orang lain. Kemudian saat mereka menyakiti kita, karena yakin kita membutuhkan mereka, kita merasa mereka telah menghancurkan jiwa kita. Itulah sebabnya kita sering kali terluka oleh mereka yang terdekat dengan kita. Tetapi manusia tidak dapat menghancurkan kita; hanya Tuhan yang dapat melakukan itu (lihat Matius 10:28). Jauh lebih mudah untuk mengampuni bila kita melihat bahwa hidup kita bukanlah di dalam manusia, tetapi di dalam Allah.
Sedangkan, alasan lain yang terkadang kita alami ada tiga juga (ini sih dari khotbah salah seorang Pastor di gereja saya) :
1.  Tidak menghargai Hubungan yang terjadi
2.  Takut berada di posisi yang lemah/kalah
3.  Hanya terfokus pada masalah/masa lalu yang dialami
Jika kita mengampuni, hal tersebut akan mengubah status kita. Yang awalnya kita merasa menjadi terdakwa, kita akan menjadi pemenang.
Saat kita mengampuni, itu berarti kita melepaskan kendali dan mempercayai Allah dengan hasilnya, di dalam Ibrani 10 : 30 dikatakan bahwa “Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan. Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya.”.

1 comment:

Anonymous said...

dan juga hal yang penting,dalam mengampuni kita harus ikhlas :)